Petruk


PETRUK
Petruk anak Semar dan asal pujaan juga. Ia bermuka manis, selalu bersenyum menarik hati dan pandai bercakap lucu. Petruk pernah menjadi raja di Ngrangcangkencana, bernama Helgeduel-bek. Kesaktiannya pada waktu itu bersumber pada surat Kaliniahusada, pusaka Pendawa, yang telah dilarikannya, seselesainya lakon Mustakaweni. Tak ada eorang pun yang dapat mengalahkan raja ini, dewa pun tidak, tetapi oleh Gareng ia akhirnya dapat dikalahkan juga, dan sang raja pun kembali menjadi petruk.
Petruk, Gareng dan Semar tak pernah berpisah dan selalu mengikuti Arjuna dan keturunannya.
Petruk bermata keran (juling), berhidung panjang, bermulut lebar, berbibir tersenyum. Berkuncir. Berkain dhagelan (lawak). Bersenjata golok dan berkeris sengkalan (Jawa: uleg-uleg).
Petruk berwanda: 1. Jlegong, 2. Jamblang, kedua wanda ini konon karangan Sri Sultan Agung di Mataram, 3. Mesem, 4. Dlonggop, dan 6. Moblong.
Adakalanya akan keluarnya ksatria yang diiring oleh ketiga hamba itu, yakni Semar, Gareng dan Petruk, didahului dengan gara-gara (yang menandakan tak amannya keadaan), dalam adegan mana Gareng dan Petruk pura-pura berperang dengan menyindir-nyindir penonton penonton dan umumnya yang dituju adalah gadis-gadis dan kalau sindiran kedua pelawak itu mengenai sasaran, tersenyumlah gadis-gadis itu. Dulu bersindir secara demikian itu dianggap biasa. Sekarang dianggap tak sopan lagi.
Berat orang menjadi dalang. Mudah mendapat reaksi tak menyenangkan dari penonton, tetapi harus bisa menerimanya dengan kepala dingin, sebab dalang harus bertabiat gending dan gendeng, artinya mahir dalam gending (lagu) dan bisa mengikuti lagu dengan suaranya. Ada juga yang mengatakan dalang harus gendeng, tak punya malu, artinya berani mengeluarkan suara yang membikin tertawa penonton, dalam hal mana dalang sudah tentu harus bertindak sebagai pelawak dan harus pandai berkelakar, membanyol. Dalang tak bisa melucu, umumnya mengecewakan.
Petruk bermata keran (juling), berhidung panjang, bermulut lebar, berbibir tersenyum. Berkucir, berkain dagelan (lawak). Bersenjata golok dan berkeris sengkalan (Jawa: uleg-uleg).

Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - 
              PN Balai Pustaka - 1982